Indonesia

borok1

bermula dari sedikit rasa ingin tahu, membawa saya pada perjalanan yang menarik (sebagaimana perjalanan lainnya yang memiliki sisi menarik lainnya)…

Seperti biasa, sebuah tugas mengharuskan saya untuk melakukan perjalan ke Provinsi Bangka Belitung dengan pusat pemerintahannya di Pulau Bangka. Dengan berbagai macam kemasyhuran yang dimiliki provinsi baru ini, rasanya ingin sekali saya menjelajahi setiap inchi yang dimiliki provinsi kepulauan ini. Tapi sayangnya waktu yang tersedia hanyalah tiga hari dan dua malam, yang tentu saja bukan waktu yang cukup banyak untuk bisa menyelami seluruh cerita yang ada di provinsi ini, tapi bukan berarti tidak banyak cerita yang bisa saya peroleh dari waktu yang singkat ini…

perjalanan menuju Bangka dari Cengkareng saya lakukan dengan penerbangan Sriwijaya Air, salah satu low cost airlines ini cukup tepat waktu dan bisa dikatakan memiliki pangsa yang besar untuk rute menuju Bandara Depati Amir, setidaknya itu tergambar dari banyaknya perjalanan dalam sehari dari Cengkareng menuju Bangka. Gate 7 terminal 1 B Bandara Soekarno Hatta terbuka tepat pukul 09.30 sesuai jadwal dan mendarat di Bandara Depati Amir pukul 10.50 menit. Cukup baik rasanya, karena sebelum-sebelumnya saya lebih sering mengalami keterlambatan penerbangan dengan beberapa maskapai, termasuk juga maskapai ini sebenarnya..

Tiba di Depati Amir, saya langsung mencoba menghubungi seorang teman yang kebetulan memiliki suami asal Sungailiat, salah satu kabupaten di provinsi ini, dan kebetulan juga sebagai destinasi pertama saya di hari pertama ini. Namun dari pembicaraan saya dengan teman saya beserta suaminya tersebut, saya menyimpulkan bahwa tidak ada transportasi umum yang bisa saya gunakan untuk menuju hotel di bagian timur pulau ini selain menyewa mobil atau yang biasa disini disebut taxi-walaupun tanpa argo, yang biayanya pun saya rasa cukup tinggi. Rp 200.000 untuk perjalanan kurang lebih 54 KM dengan waktu tempuh kurang lebih 1 jam. tapi apa boleh buat, memang lokasi hotel yang saya pilih nyatanya cukup sulit dijangkau di pulau ini. walaupun sebenarnya hal ini sedikit diluar ekspektasi saya yang mengira Provinsi ini memiliki sarana transportasi umum yang cukup baik, mengingat pulau ini mulai dikenal oleh kalangan wisatawan.

setelah menyelesaikan santap siang di bandara dan berbicara dengan pelayanan restoran cepat saji untuk mendapat bantuan kendaraan yang bisa mengantar saya menuju tujuan pertama saya, yaitu Hotel Tanjung Pesona, Sungailiat, Provinsi Bangka Belitung. Perjalanan cukup lancar, karena memang di pulau ini belum mengenal kemacetan seperti yang terjadi di Jakarta. Mas Yoki, pemilik kendaraan sekaligus pengemudi yang mengantarkan saya menuju Tanjung Pesona. Kami memilih jalur pinggir pantai untuk menuju lokasi, jalannya cenderung bagus dan lebar karena memang jalur baru, hanya di penghujung mendekati tanjung pesona jalan sedikit mengecil.

tiba di tanjung pesona, istirahat sejenak, kemudian jalan santai di sepanjang pantai dengan kamera lama kesayangan, beberapa kali tombol shutter tertekan, sedikit gambar pemandangan laut terekam menjadi kode-kode digital sebelum kemudian ditampilkan ke menjadi gambar yang tampak pada LCD di bagian belakang kamera saya…

pemandangan pantai, hal yang biasa- sebenarnya- untuk disimpan, yang tidak biasa adalah galian-galian yang ditinggal penambang timah beberapa meter saja dari bibir pantai. tidak cukup luas memang, tapi bila lubang-lubang semacam itu ada di setiap jengkal bagian pulau, bayangkan saja seperti manusia dengan penyakit bisul di sekujur tubuhnya… mungkin begitulah gambaran pulau ini bila dilihat dari atas…

mungkin akan saya post-kan beberapa gambar “tambang-tambang kecil” yang ada disekitar pantai indah ini, silahkan kunjungi gallery blog saya beberapa waktu ke depan.

tapi bukan hal itu yang membuat saya sedikit bermain dengan pikiran saya disini, tapi kenyataan yang harus saya hadapi bahwa bila saya ingin ke pangkal pinang, maka pilihan terbaiknya adalah dengan kembali menyewa mobil dengan biaya yang sama dengan biaya yang harus saya keluarkan untuk mencapai hotel ini dari bandara tadi dan itu harus saya lakukan 2 kali dalam satu selama saya disini, bisa anda hitung sendiri berapa totalnya-kira-kira sama dengan harga tiket pesawat pulang pergi jakarta-pangkal pinang saya…haha, Namun sebenarnya bukan karena biaya yang harus dikeluarkan yang menjadi masalah utamanya- karena sejujurnya anggaran untuk itu cukup tersedia, tapi karena ketiadaan transportasi umum yang cukup representatif untuk daerah tujuan wisata seperti ini rasanya cukup membuat saya frustasi di awalnya.

saya mencoba mencari informasi tentang semua jenis sarana transportasi umum-selain penyewaan mobil atau taksi tanpa argo- yang tersedia di pulau ini, kemudian saya temukan ada beberapa jalur angkutan kota dan angkutan antar kota/kabupaten yang beroperasi di pulau ini, tapi layaknya rumput di tanah tandus, sedikit sekali dapat bertumbuh dan cenderung mengarah pada kematian, mungkin itulah yang bisa menggambarkan kondisi transportasi umum di pulau ini. dan bagi saya yang lebih senang bepergian dengan transportasi umum, hal itu sedikit mengganggu saya…

tapi sebagai seorang perencana kebijakan publik, rasanya bukan hal yang pantas bila saya terus berkutat dengan rasa frustasi saya tersebut, karena justru hal ini semakin menambah wawasan saya akan peta permasalahan yang terjadi di wilayah-wilayah negeri ini.

hingga akhirnya saya putuskan untuk berpindah hotel menuju pusat kota pangkal pinang, dan saya rasa itu cukup menyenangkan setelah cukup beristirahat di tepi pantai yang tenang, sekarang saatnya merasakan semua makanan enak di pangkal pinang, setidaknya sampai malam ini saya sudah merasakan mie koba, pempek 10 ulu, es anggrek, dan martabak amui 89. mungkin besok pagi adalah saatnya jogging di jalanan pangkal pinang dan merasakan otak-otak yang cukup masyhur di kota ini…

Bangka, bukan (Tua) Bangka…

Aside